Entah malam ini bulan tampak penuh atau separuh Ia tetap berjalan pada sisa-sisa harinya Entah pukul berapa malam ini Ia tetap tegak membelah lautan detik-detik terakhir dalam harinya Entah ia hirau atau tidak pada lampu-lampu jalan yang menyorotnya Ia tidak merasa peduli sedikitpun Entah…entah..entah apa ia sadar pulas bibirnya telah memudar Entah…entah…entah apa ia sadar peluhnya menyelimuti kulitnya yang kusam Entah… aku… entah… mereka… merasakan kehadirannya Bau ramai riuh jalanan seakan menjadi aura maut yang mencirikan ia Oh tuhan.. beginikah malam bagi ia? Dan pagi hanyalah waktu tidur panjang pelampiasan lelah semalam Entah kenapa aku berani menulis tentangnya Wahai serigala betina auman mu membelah setiap malam Menerangkan bahwa kau hadir walau tanpa rembulan Entah apa aku sadar saat ini pukul 2 malam? Oh tuhan.. inikah pencarian makan ditengah mewahnya kota malam? Mereka berburu atau diburu… entah Yang mereka tahu, ini hidup, dan ia harus bertahan sampai esok malam dan seterusnya Entah ini halal? Siapa yang ingin marah? Kesal? Berdosa? Mereka secara sadar tidak membunuh, tapi diluar kesadaran ini pembunuhan moral Bisa apa aku? Mobilku hanya lewat dan melewati mereka Melewati kumpulan serigala betina, primadona malam dan kejamnya kota..
Pebri *Jakarta, juli tengah malam*
image from : www.gaiaonline.com/forum/barton-...7504667/
Pebri *Jakarta, juli tengah malam*
4 komentar:
duuuuh , beneran anak sastra deeh ini mah :))
btw ,ngapain bi jam 2 malem keliling-keliling kota ?
duh bisa aja ah citraaa
makasih ya komennya.. km yg komen pertama nih... :D
wkt itu pulang dari salah 1 tempat yg ramai, dan di perjalanan yg aku lihat seperti yg ada dipuisi ini :)
tempat yang ramai ? dari PRJ yaaa ? hehe
betul PRJ ramai bgt gak tuh?? haha
pulangnya tp nyasar gara2 salah masuk tol,,haha konyol bgt ya
Posting Komentar